Di Balik Kisah Pendakian Bersama Gunung Masurai - Merangin
Perkumpulan Bumi Merangin - Gunung Masurai adalah gunung yang secara administratif terletak di tiga wilayah kecamatan dalam kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, yaitu kecamatan Lembah Masurai, kecamatan Jangkat, dan kecamatan Sungai Tenang. Secara peruntukan kawasan ini berada di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Berada di sebelah barat daya dari kota Bangko dengan jarak 110 km. Gunung ini memiliki dua buah danau vulkanik yaitu disebut warga setempat dengan nama danau kumbang dan danau mabuk. Disebaliknya memancarkan beberapa sumber mata air diantaranya mata air batang tembesi disisi bagian selatan gunung yang mengaliri sumber-sumber penghidupan masyarakat yang ada di kaki gunung hingga ke daerah aliran sungai Merangin dan seterusnya.
Persiapan Dari Bangko Menuju Shelter 1
Senja itu menemani kami mempersiapkan perlengkapan sebelum bergegas ke desa
sungai lalang yang berada di kaki gunung dan menjadi sebuah ‘desa pintu’ bagi
para pendaki yang ingin naik ke puncaknya.
Beranjak malam,
dari Bangko kami mulai bergerak ke desa Sungai Lalang yang berjarak sekitar 90
km yang mana pada pukul 22.00 kami pun sudah tiba dengan selamat. Kami memilih
singgah di kediaman salah satu anggota perkumpulan Bumi yang ada di desa
ini. Untuk beristirahat dan memulihkan tenaga menjelang pendakian
esok harinya. Riuh ayam jantan
yang saling bersahut serta hawa dingin khas pegunungan membangunkan kami
disubuh itu. Kembali mengemas
ulang logistik dan barang bawaan menjadi sebuah keharusan yang tak boleh
terlewatkan. Juga mempersiapkan bekal seperti makan siang dan sebagainya
untuk pendakian hari ini. Setelah sarapan dan
tepat pukul 08.00 kami mulai bergerak menuju pintu rimba. Pendakian bersama
yang berjumlah 26 orang ini terdiri dari komunitas BUMI sebagai leader, Mapala
Sutha IAIN Jambi, FDJD Merangin, serta Front Mahasiswa Nasional (FMN-Jambi). Semua tampak
bersemangat untuk mendaki gunung yang terkenal dengan jalur yang sulit dan
rumit ini.
Tim
kemudian berjalan dari homestay menuju perkebunan kopi milik warga, disini
fisik dan ketelitian sangat diperlukan karena jalur pendakian yang sempit dan berbatu. Sangat
di sarankan untuk melewati perkebunan kopi pada pagi hari, karena akan sangat
menguras tenaga jika matahari sudah berada pada posisi 90 derajat dan tepat
diatas kepala.
Setibanya di pondok terakhir di perkebunan kopi yang terletak diketinggian ±1500 mdpl, terlihat jelas keindahan Gunung Nilo dan Gunung Sumbing yang berdiri berdampingan. Setelah cukup menikmati panorama tersebut perjalanan dilanjutkan menuju pintu rimba yang dipenuhi semak belukar dan ilalang yang tumbuh liar. Disini terdapat tumbangan pohon hasil tebangan yang sangat merepotkan perjalanan. Setelah 2 setengah jam tracking dipukul 11.30 kami pun tiba di shelter 1.
Setibanya di pondok terakhir di perkebunan kopi yang terletak diketinggian ±1500 mdpl, terlihat jelas keindahan Gunung Nilo dan Gunung Sumbing yang berdiri berdampingan. Setelah cukup menikmati panorama tersebut perjalanan dilanjutkan menuju pintu rimba yang dipenuhi semak belukar dan ilalang yang tumbuh liar. Disini terdapat tumbangan pohon hasil tebangan yang sangat merepotkan perjalanan. Setelah 2 setengah jam tracking dipukul 11.30 kami pun tiba di shelter 1.
Disini kami memilih
untuk istirahat, makan siang, dan meminum kopi.
Vertikal 80 derajat dan Hipotermia
Dari sini kita akan
melewati semakin banyak tantangan, karena akan
menjumpai trek yang sangat terjal, dan saking terjalnya, tak heran jika kening
kerap mencium lutut.
Tantangan yang kami
hadapi ternyata semakin besar. Karena di titik ini hujan mulai turun, sedang
waktu sudah menunjukkan pukul 14.30. Suhu pegunungan
yang dingin menjadi bertambah dingin, begitu juga dengan
jalur menjadi bertambah licin. Dengan memasang
mantel (jas hujan) setapak demi setapak kami tetap melanjutkan perjalanan,
terus mendaki !
Sembari menunggu
kawan-kawan yang tertinggal kami memilih untuk berkumpul kembali dan berbagi gula
aren untuk menambah energi. Istirahat cukup sebentar saja,
karena dalam kondisi ini tubuh harus banyak bergerak supaya bisa meretas suhu
yang memang sangat dingin.
Perjalanan
di lanjutkan kembali melewati track yang menanjak cukup vertikal kira - kira 80
derajat. Disini kembali
penting kehati-hatian dalam memegang sesuatu apakah itu dahan ataupun kayu yang
menjadi tumpuan pertahanan. Pastikan apa yang
di genggam betul-betul kuat untuk menopang tubuh dan keseimbangan kita. Diketinggian 2500
MPDL ini perjalan kami masih beiriring hujan dan udara yang semakin dingin.
Alhamdulilah, Pukul 16.30 kami berhasil tiba di puncak 1 dan hujan pun mulai tampak berhenti. Waktu ini kami gunakan untuk istirahat pemulihkan tenaga sembari meracik mie dan kopi.
Ternyata tak berselang lama, tiba-tiba hujan kembali turun dengan sangat derasnya. Kondisi ini memaksa kami berlindung dibawah pohon dan tak dinyana, tiba-tiba ada seorang teman yang terserang hipotermia dan tak sadarkan diri. Ada yang panik bercampur binggung namun untunglah ada teman yang pernah menangani penyakit yang kerap menimpa para pendaki ini. Kami mendirikan tenda untuk perlindungan sekaligus pemulihan terhadap teman yang terserang hipotermia. Semua pakaian kering digunakan untuk menghangatkan suhu ditubuhnya dibantu kontak kulit agar penderita bisa segera pulih. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam disini, dipuncak 1.
Alhamdulilah, Pukul 16.30 kami berhasil tiba di puncak 1 dan hujan pun mulai tampak berhenti. Waktu ini kami gunakan untuk istirahat pemulihkan tenaga sembari meracik mie dan kopi.
Ternyata tak berselang lama, tiba-tiba hujan kembali turun dengan sangat derasnya. Kondisi ini memaksa kami berlindung dibawah pohon dan tak dinyana, tiba-tiba ada seorang teman yang terserang hipotermia dan tak sadarkan diri. Ada yang panik bercampur binggung namun untunglah ada teman yang pernah menangani penyakit yang kerap menimpa para pendaki ini. Kami mendirikan tenda untuk perlindungan sekaligus pemulihan terhadap teman yang terserang hipotermia. Semua pakaian kering digunakan untuk menghangatkan suhu ditubuhnya dibantu kontak kulit agar penderita bisa segera pulih. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam disini, dipuncak 1.
Camp |
Akhirnya
Tim memutuskan untuk bermalam di puncak 1 (pematang) sebenarnya tidak di
sarankan untuk bermalam disini karena jalur satwa tetapi kondisi yang darurat. Hujan belum juga
reda, upaya untuk menghidupkan api menjadi terkendala. Hingga pukul 21.00 hujan
pun masih melanda. Namun, teman kami
yang terkena hipotermia mulai kembali sadar sekalipun kondisinya belum 100%. Pukul 04.00 hujan
mulai reda. Beberapa teman bergegas menghidupkan api, memasak untuk mengisi
perut yang sedari malam kosong mendingin.
Samudera Awan dan Kembali ke Desa
Samudera Awan dan Kembali ke Desa
Samudera atas awan |
Mentari pagi
menyambut kami dengan penuh kehangatannya. Pertarungan semalam, pagi ini terbayar dengan suguhan samudera awan dan panorama di danau kumbang.
Pakaian yang basah
semua kami jemur mumpung matahari tertawa dengan cerahnya. Karena stok air
yang kami bawa sudah pada habis, pukul 09.00 sebagian tim harus turun ke
danau kumbang untuk kembali memenuhinya, untuk bekal perjalanan
serta memasak di pagi ini. Waktu tempuh
mendaki dari danau kumbang ke puncak 1 kurang lebih 1.5 jam.
Pukul
14.00 WIB selesai makan dan packing Tim memutuskan untuk kembali sekitar pukul 18.00 WIB Tim tiba di
pintu rimba.
Hari sudah mulai gelap, jangan memaksakan diri dan tetaplah berhati-hati. Perlahan namun pasti ayunkan langkah dan pada pukul 20.00 kami sudah tiba di desa atau home stay dengan secarik pengalaman dan kenangan yang tak mungkin dilupakan. Demikianlah warna -warni cerita pendakian Gunung Masurai yg kami jalani penuh kebersamaan ini
Hari sudah mulai gelap, jangan memaksakan diri dan tetaplah berhati-hati. Perlahan namun pasti ayunkan langkah dan pada pukul 20.00 kami sudah tiba di desa atau home stay dengan secarik pengalaman dan kenangan yang tak mungkin dilupakan. Demikianlah warna -warni cerita pendakian Gunung Masurai yg kami jalani penuh kebersamaan ini
Nantikan tulisan berikutnya Tips Pendakian Gunung Masurai
Tim Pendakian |
Tulisan
ini di dedikasikan buat kawan kami Ipit (Baju Merah - MAPALA SUTHA IAIN JAMBI), yang selama
terjalanan 4 hari ibu nya mengalami sakit berat dan tetap mengizini anak nya
untuk mencapai tujuannya. Tetap
semangat menjalankan hidup walaupun dalam mengejar tujuan ada yang harus
meninggalkan kita.
baca juga : Menikmati Keindahan Telaga Biru Tertinggi di Indonesia
baca juga : Menikmati Keindahan Telaga Biru Tertinggi di Indonesia
Komentar